gkj.lagu-gereja.com |
Download MP3 Music 080000 Klasis Yogyakarta BaratPembiakan dari , -
Tanggal Pendewasaan: 06 Oktober 1935 Profil dan Sejarah Pada mulanya pabrik gula di Medari mempunyai poliklinik untuk kesehatan karyawan pabrik. Karena pabrik tak bisa mengelola maka kurang lebih pada tahun 1914 poliklinik tersebut diserahkan kepada Petronela Hospital atau Rumah Sakit Bethesda sekarang. Tahun 1915 dikelola oleh Petronela Hospital dibawah pimpinan Dokter YP. Frais (Sepuh). Pada waktu itu yang mengepalai poliklinik adalah Mantri Yakobus (mertua Bp. Yohanes). Karena tiap 4 sampai 5 tahun sekali ada pergantian personil/pimpinan, kira-kira tahun 1924 dipegang oleh Mantri R. Alib Wiryo Sudjono sampai tahun 1933 (Ayah Bp. Asmo Pratiknyo warga GKJ Gondokusuman). Poliklinik yang kemudian berkembang menjadi Rumah Sakit itu, pada tahun 1950-an diambil alih oleh pemerintah dan kini menjadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sleman. Setiap hari Senin sebelum mulai bekerja diadakan renungan, yang lama-kelamaan menjadi sebuah kebaktian kecil. Karena dirasakan kurang pas apabila menempati ruangan poliklinik sebagai tempat kebaktian, maka kebaktian kemudian dipindahkan ke rumah Bp. Sodikromo (Ayah Bapak Surahyo Martosuwito). Adapun keluarga yang ikut dalam kebaktian pada waktu itu antara lain keluarga Bp. Sodikromo, Bp. Kariyo dan Bp. Sastro asal Terwilen. Pendukung berkembangnya renungan kebaktian Bp. Aryo sebagai Kolportir (Penjual buku-buku rohani). Bp. Aryo ayahnya Bp. Slamet (kakek Bp. Sem Sihadi. Pada tahun 1924/1925 Guru Injil pertama Bp. Purwosuhadi dari GKJ Gondokusuman lulusan Pendidikan Kursus oleh Pendeta Baker (Sepuh) dan Pendeta Dokter Apos. Pada tahun kurang lebih 1929 pada waktu itu pimpinan poliklinik Mantri Sapon dan Guru Injil Bp. Purwosuhadi pindah ke Gereja Patalan diganti guru injil Bp. Martomo Eliada (Guru Injil lulusan Teologi pertama). Warga bertambah lagi dari Pangukan, Beran termasuk Mbah Moro dan Bp. Sedyosuwito. Bangunan permanen Gereja dibangun kurang lebih 1930 mengganti bangunan dari gedek. Pendukung berkembangnya gereja: Yan Klerek Yoram (karyawan pabrik gula Medari) putera pertama Bp. Yoram. Pada waktu pimpinan poliklinik Mantri Reksopurnomo mulai ada Majelis Gereja yang diteguhkan pada tanggal 6 Oktober 1935. Tanggal ini menjadi hari Ulang Tahun GKJ Medari. Pada tahun 1954 GKJ Medari memanggil Pendeta Praptosiswoyo sampai tahun 1961 karena beliau dipanggil negara menjadi pendeta militer di Cimahi. Selanjutnya Gereja Medari memanggil pendeta Konsulen yaitu Pendeta Hadiwidjojo dan Pendeta Sutrisno Laban. Pada tanggal 20 Juni 1967 GKJ Medari memanggil pendeta/pentahbisan Pendeta yang kedua yaitu Pdt. Sutikno. Beliau melayani sampai masa emeritus pada tanggal 31 Desember 2001, kemudian diteruskan oleh Pdt. Firdaus Tjahjanto Kurniawan, S.Si., yang ditahbiskan pada tanggal yang sama. Demikian sejarah ringkas berdirinya GKJ Medari dan perkembangannya.
Tanggal Pendewasaan: 27 Maret 1959
Tanggal Pendewasaan: 31 Januari 1960
Tanggal Pendewasaan: 01 Januari 1965 Profil dan Sejarah Bermula pada semangat melayani masyarakat di bidang pendidikan, sekelompok orang berkumpul dan konsen membangun relasi bersama Pengurus BOPKRI dan berhasil mendirikan SD BOPKRI Karangwaru Lor pada bulan Agustus 1956. Diluar dugaan masyarakat menyambut dengan antusias, membuat semangat pelayanan sekelompok orang ini semakin berkembang. Maka pada tahun 1957 SMP BOPKRI VIII di Karangwaru Lor, resmi didirikan. Sehingga akhirnya tanggal 27 September 1958 dibentuk Panitia Persiapan Pepanthan Barat Laut / (wilayah IV dan V GKJ Gondokusuman).
Profil dan Sejarah Keberadaan jemaat Gereja Kristen Jawa Kebonagung di wilayah kelurahan Sendangagung Minggir Sleman dimulai dengan kehadiran Bapak Raden Sarma Wihardja seorang juru rawat utusan dari RS Petronella Hospital (Bethesda) pada tahun 1924.
Tanggal Pendewasaan: Rabu, Oktober 31, 1990 Pepanthan: 3 Blok/Wilayah: 0/0
Tanggal Pendewasaan: 31 Desember 1938 Profil dan Sejarah Pendahuluan Pertumbuhan suatu gereja bisa digambarkan sebagai layaknya pohon. Dari tunas yang kecil apabila dirawat dan dijaga dengan baik dan penuh kasih maka sampai akhirnya menjadi pohon yang besar dengan dahan dan cabang serta bisa jadi berbunga ataupun berbuah. Sebagai suatu bangsa yang berdiri dengan beragam keberadaannya, baik suku, agama dan etnis, gereja dalam perjalanannya juga ikut mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara dari bangsa Indonesia sendiri. Gereja sebagai kata dari bahasa Indonesia, yang dalam bahasa Inggris disebut "church", "igreya" dalam bahasa Portugisnya, Perancis "eglise", dan "ekklesia" dari bahasa Yunani1, tentunya tidak serta-merta bisa dipahami secara sama bagi semua orang. Karena dalam perkembangannya gereja pada abad pertama dilihat dari saat pengikut Yesus yang berkumpul, di mana kumpulan atau komunitas ini yang kemudian disebut sebagai ekklesia (Kisah Para Rasul 15:41), dengan pengartian gereja adalah ekklesia, yaitu satu komunitas yang di dalammya adalah orang-orang yang terhisap pada Tuhannya, yaitu Yesus Kristus. Selain itu pertumbuhan gereja dalam kebersamaannya bisa digambarkan seperti halnya lingkaran: a. Gereja Dewasa b. Gereja dewasa dalam lingkup Klasis c. Gereja dewasa dalam lingkup Sinode A. Gereja Dewasa Gereja juga sebagai tubuh Kristus, diharapkan mampu menyatukan semua anggota- anggotanya yang datang dari berbagai kelas sosial, latar belakang, karakter, dan sebagainya. Sebagai satu kesatuan yang hanya tetap memperlihatkan kasih Kristus sang kepala gereja itu sendiri. Senantiasa membawa kedamaian juga membawa anggotanya pada karakter di dalam Kristus. [1] Dalam perjalanan sejarahnya gereja juga telah membawa berbagai gejolak yang tidak saja membuat sukacita tetapi ada juga yang membawa kepada luka hati, merasa dikhianati, dan lain sebagainya. Demikian pula keberadaan GKJ Ngento-ento dalam perjalanan sejarah GKJ Ngento-ento memang telah mendewasakan beberapa gereja yang dulunya masuk wilayah Ngento-ento, seperti: GKJ Kebonagung, juga Rewulu juga beberapa GKJ yang masuk di wilayah Kab. Kulon Progo. Gereja-gereja inilah yang juga menjadi saksi sejarah tumbuh kembangnya GKJ Ngento-ento sebagai gereja dewasa. Sejarah perkembangan GKJ Ngento-ento sebagai gereja dewasa sendiri ada berbagai versi yang berbeda. Versi pertama mengungkapkan bahwa GKJ Ngento-ento adalah bagian dari GKJ Gondokusuman sehingga bisa dikatakan sebagai anak dari Gondokusuman. Hal ini bisa dimaklumi dikarenakan sebelum memiliki pendeta, GKJ Ngento-ento dan beberapa gereja lainnya dalam memenuhi kebutuhan pelayanan serta pemeliharaan iman para jemaatnya dibantu oleh para pendeta dari GKJ Gondokusuman, semisal: Pdt. P. Soepater, Pdt. Harun, dan juga ada Van den Bosch, yang dipercaya sebagai pendeta konsulen untuk GKJ Ngento-ento. Selain itu adanya pendeta- pendeta dari GKJ Gondokusuman yang ikut membantu pelayanan di GKJ Ngento-ento memberi pengaruh yang cukup baik. Pengaruh itu antara lain pembangunan gedung GKJ Ngento-ento sendiri. Awal pembangunan gedung gereja yang akan dibangun di wilayah Brangwetan di tanah keluarga Bapak Adma, juga tanah bagian dari keluarga Bapak Ali. Namun karena lokasinya yang agak masuk maka dengan berbagai pertimbangan dari beberapa tokoh, seperti: Bapak Isis, Bapak Petrus, dan Bapak Natan, pembangunan dialihkan ke daerah Kruwet (yang sekarang ini), dengan cara tukar tanah. Sedangkan untuk bentuk gedung gereja sendiri mengambil layaknya miniatur GKJ Gondokusuman. Pengambilan bentuk bangunan ini juga besar kemungkinan karena peran para pendeta dari GKJ Gondokusuman ini. Jadi tidak menutup kemungkinan ada beberapa jemaat yang merasakan ikatan emosi dengan GKJ Gondokusuman.[1] Selain itu hal yang memperlihatkan pengaruh pendeta-pendeta dari GKJ Gondokusuman ini adalah adanya candra sengkolo, elah-elah, atau pengetan dengan bahasa Jawa "Ngesti Kawroeh Aroeming Jagad 8391". Elah-elah ini yang diyakini pemberian dari salah satu pendeta GKJ Gondokusuman. Setelah gedung gereja berdiri, GKJ Ngento-ento pun berbenah untuk mendapatkan pendeta sendiri. Hal ini dipertimbangkan karena untuk membuat kegiatan di gereja ini diharapkan semakin maju. Versi kedua ada yang menyatakan bahwa awal pertumbuhan dan perkembangan GKJ Ngento- ento sendiri dimulai dari adanya Gereja Kerasulan di daerah Pare (yang sekarang masuk dalam wilayah pepanthan GKJ Ngento-ento). Sekitar tahun 1928 yang diperkirakan antara bulan Oktober- Nopember di mana merupakan tahun-tahun setelah Kyai Sadrach wafat, sekitar 40 orang dewasa jemaat Sadrach yang berasal dari Ngento-ento menyatakan bergabung dengan gereja zending.[2] Keadaan ini terjadi dimungkinkan karena adanya perbedaan pandangan dalam cara menafsirkan Alkitab di tahun tersebut, sehingga mengakibatkan beberapa jemaat memilih melepaskan diri dari Gereja Kerasulan.[3] Beberapa jemaat yang berasal dari daerah Brangwetan (salah satu wilayah dari GKJ Ngento-ento), seperti diantaranya adalah Bapak Carik Sastrodirjo, Bapak Atmodirjo, Bapak Sudirjo, Bapak Kromodiharjo,[4] di kemudian hari jemaat yang memisahkan diri ini mencari solusi bagaimana cara untuk tetap memelihara keimanannya kepada Kristus dan akhirnya sepuluh tahun kemudian setelah bergabung dengan gereja zending, yakni tahun 1938 keberadaan GKJ Ngento-ento diperkenalkan sebagai salah satu gereja dewasa di wilayah Yogyakarta Barat. Pendewasaan gereja ini dapat diketahui dari dasar adanya undangan peresmian gereja yang masih tersimpan rapi sebagai arsip gereja. Dalam undangan tersebut dijelaskan bahwa gereja diresmikan pada tanggal 7 November 1938 ( tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi GKJ Ngento-ento). Namun perlu diketahui meskipun sudah menjadi gereja dewasa untuk pelayanan kegiatan dari GKJ Ngento-ento masih dilayani oleh beberapa pendeta dari GKJ Gondokusuman. Hal ini dikarenakan setelah bergabung dengan zending, GKJ Ngento-ento belum mendapatkan pendeta yang secara utuh melayani di Ngento-ento. Setelah beberapa lama dilayani oleh pendeta dari GKJ Gondokusuman maka GKJ Ngento- ento pun yang semakin berkembang dalam kegiatan pelayanannya segera berbenah dengan menahbiskan beberapa pendeta dalam kurun waktu yang tidak sebentar. Para pendeta tersebut antara lain adalah: 1. Pdt. Tabri Wirjowasito (1941-1950); 2. Pdt. Siswodwijo (1953-1958); 3. Pdt. Tirtosuwarno (1958-1975); [1] Hasil wawancara dengan beberapa warga sesepuh GKJ Ngento-ento; Bpk Paijo, Bpk alm Wagiman [2] S.H. Soekotjo, Sejarah Gereja-gereja Kristen Jawa, Jilid 1, Di Bawah Bayang-bayang Zending 1858-1948, Memperluas Jaringan, Kawasan Yogyakarta, TPK & Sinode GKJ, 2009, hal. 336. [3] Sugeng Irianto, Pemahaman Warga di GKJ Ngento-ento tentang Perjamuan Kudus, Selayang Pandang GKJ Ngento-ento, Skripsi, Yogyakarta: STAK Marturia, 2011, hal. 32.
Tanggal Pendewasaan: 01 Januari 1993 Visi GKJ Demakijo adalah menjadi Gereja Misioner yang pluralis, menjadi jalan berkat Tuhan bagi warga dan masyarakat melalui pelayanan Diakonia sebagai ujung tombaknya, pewartaan dan pemasyuran injil, Pembinaan Warga Gereja dan meningkatkan kerja sama dengan lembaga lain.
Pelatihan Online EasyWorship 2009 mulai 06 April 2015 - Soal Latihan 1 EasyWorship 2009 - Pembuatan Slide Tata Ibadah - Register | Login | Kalender Liturgi GKJ November 2022 Selanjutnya: 09 Klasis Yogyakarta UtaraSebelum: 07 Klasis Sindoro-Sumbing
Nyanyian Ibadah Gereja: MENU UTAMA:Lagu Koor Gereja, JB (Pujian Sekolah Minggu), KMM, KJ, PKJ, GB, NKB, Kidung Ceria, NR, NR TORAJA, PKJ TORAJA, NKB TORAJA, NJNE, PENANIAN MASALLO', Pa'pudian, Mazmur Genewa, Nyanyian Jemaat GPM, LIRIK LAGU ROHANI SUNDA, Kidung Kabungahan KKB, KPKL, KPKA, Kidung RIA GKJW, Buku Ende, BN (Buku Nyanyian HKBP), Suplemen Buku Ende, MNR1 (Mazmur dan Nyanyian Buku 1), MNR2 (Mazmur dan Nyanyian Buku 2), Nafiri Rohani, MAZMUR MP3 GKI, NP (Nyanyian Pujian), Lagu Tiberias, Nafiri Kemenangan, Lagu GMS, PPK, PPPR, KPPK, NKI, NRM, Buku Lagu Perkantas, KPJ, KRI, KPRI, KLIK, NNBT, DSL, LS, Doding Haleluya, LKEE, Suara Gembira, , Puji Syukur, Madah Bakti, Kidung Pasamuan Jawi (KPJ)(1) Alkitab JAWA Prajanjian Lawas(1) Contoh Tata Ibadah GKJ(25) Kalender GKJ 2017(7) Kalender GKJ 2018(12) Kalender GKJ 2019(12) Kalender Liturgi GKJ 2023(12) Khotbah GKJ 2016(1) Kidung Pasamuan Jawi (KPJ)(317) Kidung Pasamuwan Kristen (KPK)(8) Kidung Pasamuwan Kristen Anyar (KPKA)(345) Kidung Pasamuwan Kristen Lawas (KPKL)(171) Kidung Ria GKJW(30) Klasis Gereja Kristen Jawa (GKJ)(32) NA(1) Pembacaan Alkitab 2016(1) Renungan GKJ 2022(29) Renungan GKJ 2023(13) Tentang GKJ(3) xxx(4) | Register Login
Links:
lagu-gereja.com,
bible.,
perkantas,
gbi,
GKII,
gkj,
hkbp,
MISA,
gmim,
toraja,
gmit,
gkp,
gkps,
gbkp,
LAGU LAGU TIBERIAS,
Hillsong,
PlanetShakers,
JPCC Worship,
Symphony Worship,
Bethany Nginden,
Christian Song,
Lagu Rohani,
ORIENTAL WORSHIP,
Lagu Persekutuan
Tags: Kalender Liturgi GKJ November 2022 Minggu, 26 Juni 2022 Renungan GKJ Minggu, 26 Juni 2022 - II Raja-raja 2:1-2,6-14 - Minggu Biasa VIII Minggu ke-3 setelah Pentakosta (Hijau) Minggu, 19 Juni 2022 Renungan GKJ Minggu, 19 Juni 2022 - I Raja-raja 19:1-4,(5-7),8-15a - Minggu Biasa VII Minggu ke-2 setelah Pentakosta (Hijau) Minggu, 12 Juni 2022 Renungan GKJ Minggu, 12 Juni 2022 - Amsal 8:1-4,22-31 - Minggu Trinitas (Putih) Minggu, 5 Juni 2022 Renungan GKJ Minggu, 5 Juni 2022 - Kisah Para Rasul 2:1-21 - Petakosta (Merah) Minggu, 15 Mei 2022 Renungan GKJ Minggu, 15 Mei 2022 - Saling Mengasihi - Kisah Para Rasul 11:1-18 - Minggu Paskah V (Putih) |
popular pages | login | e-mail: admin@lagu-gereja.com © 2012 . All Rights Reserved. |